TUHANKU. (SELEMBAR KAIN PUTIH)

Tuhanku, 
Ketika aku tersadar ternyata aku telah lama meninggalkan-Mu.
Ketika aku terjaga ternyata aku terlalu lama tidak berdoa dan mengucap syukur kepada-Mu.
Malam ini aku takut akan cahaya bulan yang menerobos dedaunan menusuk jantungku.
Aku malu mendengar suara hatiku sendiri ketika jeritan itu harus menembus pekatnya malam.

Tuhanku, 
Aku memang tak pandai merangkai kata puja untuk memuja-Mu.
Aku juga tak mampu menengadah kan wajah ini untuk memohon ampunan-Mu.
Banyak terjal hidup yang mewarnai kehidupanku selama ini karena jauh dari-Mu.
Patutkah aku memohon dan menerima pengampunan-Mu?

Tuhanku,
Aku rindu akan sentuhan jemari anak-anakku yang sekarang sudah beranjak dewasa.
Jemari itu dulu aku yang memakaikan kaos tangan agar kuku tangannya tak menggores diwajahnya.
Kini aku gagal memakaikan selembar kain putih ditubuhnya, walau hanya sekedar penghangat tubuh.
Anakku, kain putih itu sudah ternoda dan terkoyak, mamafkan aku.

Tuhanku,
Usahaku untuk menyulam kembali kain yang terkoyak itu telah kulakukan walau jemari ini terluka.
Anakku, mengertilah bahwa kita tidak perlu menjauhkan kain itu dari kita.
Aku memilih untuk membersihkan dan menyulam kembali kain putih itu demi kalian.
Aku harus berkata bahwa hidup ini
berproses, kalian harus mengerti itu.

by. Ekaryoto. Malam, 9 April 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. TEOKRASI SERVINDO UTAMA

HARUS BERAPA KALI AKU MEMAAFKAN